Bukti - Virgoun

E-BOOK DAN E-JOURNAL


Judul : PEMERTAHANAN TRADISI BUDAYA PETIK LAUT OLEH NELAYAN HINDU DAN
ISLAM DI DESA PEKUTATAN, JEMBRANA -BALI
Posting oleh : Ida Ayu Komang Sintia Dewi1, Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum1, Dr. I Wayan Mudana,
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
e-mail : Sintiadewi12@gmail.com, Lpsendra@yahoo.co.id,
mudanawayan935@yahoo.com
@undiksha.ac.id
Keterangan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) latar belakang masyarakat Desa Pekutatan
tetap mempertahankan tradisi Petik Laut; (2) Proses pelaksanaan tradisi Petik Laut di Desa
Pekutatan, (3) Aspek-aspek dari tradisi Petik Laut yang dapat di pakai untuk pengembangan
suplemen Sejarah Bahari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik
penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi analisis/content atau
dokumentasi); (3) teknik analisis data; (4) teknik penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar
belakang pemertahanan tradisi Petik Laut di Desa Pekutatan berkaitan erat dengan fungsi dari tradisi
yaitu; (a) pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: (a) fungsi individu yang berkaitan erat dengan kekuatan
rasa aman dan suatu kepuasan diri secara emosional; (b) fungsi sosial berkaitan erat dengan
peningkatan solidaritas sosial antara sesama sehingga menumbuhkan rasa integrasi sosial antar
masyarakat sehingga dapat bekerja sama dengan baik; (b) pemenuhan kebutuhan psikologis yaitu: ()
keyakinan atau kepercayaan, hal ini berkaitan erat untuk memohon keselamatan dalam melaut,
menghindari diri dari mara bahaya dalam melaut serta rasa takut oleh hal yang bersifat gaib, yang
ada di luar kemampuan dan nalar manusia atau alam niskala. Proses pelaksanaan tradisi Petik
Laut meliputi : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap penutup. Aspek-aspek dari
tradisi Petik Laut yang dapat di pakai untuk pengembangan suplemen Sejarah Bahari diantaranya: (1)
aspek materi ajar; (2) aspek media pembelajaran.



Judul : Seks dalam pandangan hinduisme
Posting Oleh : Julifin (Pemimpin redaksi majalah hindunesia
Keterangan :  eks! Jika kata ini terlintas di pikiran seseorang, kebanyakan pikiran
akan mengacu pada hal yang identik dengan sesuatu yang intim.
Seks bukanlah hal yang tabu lagi saat ini, meskipun pada
masyarakat tertentu tetap menganggapnya begitu. Ketika diangkat ke
ruang publik, ia mengundang kehebohan. Contohnya adalah pemain
sinetron Anjasmara dan model Isabel Yahya yang ditetapkan sebagai
tersangka kasus pornografi terkait perannya sebagai model dalam
pameran foto di CP Biennale 2005. Saat ini RUU anti pornografi dan pornoaksi telah dibuat.



Judul : INTERAKSI SOSIAL DALAM PELAKSANAAN RITUAL
KEAGAMAAN MASYARAKAT
HINDU-BALI
(Studi Pada Ritual Ngaben di Krematorium)
Posting Oleh : I Putu Suadityawan, Ni Luh Nyoman Kebayantini, I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Email: ipt.suadityawan@gmail.com, suka_arjawa@yahoo.com
Keterangan : 
Pelaksanaan upacara ngaben di
Bali sering kali rumit dan timbul masalah,
menurut Kebayantini (2013: 7) hal ini
karena dibangun oleh budaya agama
dengan tingkat rigiditas yang tinggi.
Masyarakat Hindu-Bali terjebak oleh tradisi
yang cenderung mengkonstruksi
kemegahan prosesi ritual yang
menghabiskan biaya tinggi, tetapi
mengabaikan kemampuan individu yang
menyelenggarakan upacara tersebut.
Selain ketiga pengorganisasian
upacara ngaben yang ada, beberapa tahun
belakangan muncul alternatif pilihan
pelaksanaan upacara ngaben, yaitu
ngaben di krematorium. Penyedia jasa
ngaben di krematorium adalah Yayasan
Santha Yana Dharma dibawah naungan
Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi.
Upacara ngaben di krematorium
dilaksanakan di Krematorium Santha Yana
dan dikerjakan secara professional, tanpa
melibatkan desa atau banjar pakraman.



Judul : UPACARA AGAMA HINDU DI BALI
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KONSERVASI TUMBUHAN.
( SUATU KAJIAN PUSTAKA)
Posting Oleh : I Dewa Putu Darma
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI
Candikuning, Baturiti, Tabanan Bali 82191
Keterangan :
Masyarakat Bali mayoritas menganut agama Hindu, Konsep dasar ajaran
Agama Hindu adalah memanusiakan alam dan lingkungan. Didalam pelaksanaanya
dilakukan melalui aktifitas upacara, karena melalui upacara, orang Hindu diharapkan
tidak melupakan lingkungan bahkan harus menyatu dengan lingkungan untuk
mewujudkan kebahagiaan hidup (Gunung, 2004). Upacara merupakan bagian dari
tiga kerangka dasar agama Hindu yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan,
kebahagian dan kesejahteraan hidup serta kesucian lahir batin bagi umat Hindu di
Bali. Pelaksanaan upacara biasanya bergandengan dengan yadnya seperti Dewa
Yadnya, Pitra yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya ( Ayadnya,
2004). Upacara yang dilaksanakan didasari atas Konsep Tri Hita Karana dan
apabila diterapkan secara mantap, kreatif dan dinamis akan mewujudkan kehidupan
harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya, yang “astiti bakti”
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan
damai dengan sesamanya (Anonim,2000). Upakara(sesajen) yang digunakan dalam
pelaksanaan upacara mengunakan tumbuhan-tumbuhan. Mustaid S. dkk 2004
menyebutkan 462 jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara Agama Hindu di
Bali, sebanyak 65 jenis (14,1%) sudah termasuk katagori langka atau dilindungi.




Judul : IMPLEMENTASI NILAI-NILAI AGAMA HINDU TERHADAP PENYELESAIAN TINDAK PIDANA ADAT DI BALI
Posting Oleh: Putu Rizky Sitraputra
Keterangan :Berdasarkan ajaran agama hindu ada tiga kerangka dasar yang terjalin dalam satu kesatuan yaitu : Falsafah, Etika, Ritual. Kerangka dasar tersebut harus dipegang dan petunjuk bagi umat beragama hindu. Selain ketiga kerangka dasar tersebut agama hindu juga mempunyai kepercayaan yang mutlak yang disebut panca sradha yakni : Percaya dengan adanya sang hyang widhi, percaya dengan adanya atma, percaya dengan karmaphala, percaya denga reinkarnasi, percaya dengan moksa (kebahagian yang kekal).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Identity

Happy enjoy to watch our blog