Bukti - Virgoun

LAPORAN KUNJUNGAN PERSAHABATAN

HINDU DAN BUDHA DI INDONESIA
LAPORAN TUGAS PERSAHABATAN
DI VIHARA DHAMMA SHABA
KELOMPOK 1
Dibuat untuk memenuhi tugas semester Lima
Dosen Pengampu :
Ibu Siti Nadroh, MA
Disusun Oleh:
Syifaul Khusna (11150321000066)
Aris Sunandar  (111503210000)

JURUSAN STUDI AGAMA - AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017



KATA PENGANTAR
Bismillahirohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. Keluarga dan para sahabatnya Amiin.
Alhamdulillah pada kesempatan ini kami dari kelompok dua mata kuliah Hindu dan Budha Indonesia telah menyelesaikan Laporan Video Persahabatan ini untuk mendapatkan nilai dari dosen pada jurusan studi agama-agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, walaupun dalam penyusunan tugas ini banyak sekali hambatan, tetapi dengan niat dan ketekadan kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas pembuatan Laporan ini.
Selanjutnya kami  mengucapkan terima kasih atas bantuan saerta dukungan dalam penyelesaian tugas ini, ucapan terima kasih kepada dosen Ibu Siti Nadroh, MA. selaku pembimbing mata kuliah Hindu dan Budha di Indonesia yang sabar mengajari kami, kemudian kepada Allah SWT. Jualah kami berdoa semoga amal baik senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Wassalamu’alikum Warohmatullahi Wabarokatuh










BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
B.       RUMUSAN MASALAH
1.  Sejarah Vihara Dhamma Sabha
2.  Kegiatan dan Ritual Vihara Dhama Sabha
3. Perbedaan antara Aliran Tantrayana, Mantrayana dan Vajrayana
4.  Organisasi Kepemudaan Vihara Dhamma Sabha
C.       TUJUAN
1.             Mengetahui bagaimana sejarah Vihara Dhamma Sabha
2.             Mengetahui apa saja kegiatan dan Ritual yang ada pada Vihara Dhamma Sabha
3.             Mengetahui Aliran Tantrayana, Mantrayana dan Vajrayana
4.             Mengetahui Organisasi kepemudaan dalam Vihara Dhamma Sabha


















BAB II
PEMBAHASAN
A.           Sejarah Vihara Dhamma Sabha
Vihara Dhamma Saba  pada mulanya adalah bernama cetya dhamma saba yang  dipelopori oleh sekumpulan pemuda dari jakarta barat yang  masih saudara dengan bapak occu,  kemudian karena melihat di daerah  tangerang banyak orang china akhirnya dikembangkanla agama budha didaerah tangerang sekitar
Pada tahun 1987, tepatnya pada tanggal  16  bulan oktober, mulailah warga sekitar yang asli china  mengenal agama budha dari pemuda jakbar.  pada awalnya warga hanya melakukan kebaktian dirumah rumah,akan tetapi sesuai dengan perkembangan zaman cetya Dhamma Sabba pun dibangun hingga banyak penganut yang melakukan ibadah di cetya Dhamma Saba tersebut.
Cetya sendiri memiliki arti Musholla (Tempat kecil untuk bersembahyang) sedangkan Vihara adalah Tempat yang luas yang didalamnya terdapat tempat buat belajar, tempat tinggal bikku dan sebagainya  ( dalam agama islam sering disebut dengan masjid)
Dhamma sabba artinya melakukan kebaikan-kebaikan,
Perkembangan cetya yang kemudian menjadi vihara mengalami perkembangan yang sanggat pesat, dimulai dari renovasi hingga penganutnya yang semakin membanyak banyak, sehingga tempatnya pun mengalami perubahan dan pergantian, yang semula berada di sebelah kanan rumah bapak occu, dipindahkan menjadi tepat didepannya, yang terlihat lebih luas dan besar, agar bisa menanpung banyak orang.
Perkembangan itu pun tidak terlepas dari persetujuan Departemen Agama yang menyetujui untuk didirikannya vihara tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan sekarang sudah ada kurang lebib 150 kepala keluarga yang memeluk agama budhha didaerah tersebut.
B.            Kegiatan dan Ritual Vihara Dhama Sabha
Vihara Dhamma Sabha juga mempunyai kegiatan rutin seperti sekolah minggu yang diadakan setiap minggu pagi pukul 07.30 WIB .
Untuk klasifikasi kelas sekolah mingguan sendiri terdiri dari  beberapa bagian sesuai dengan kelasnya masing-masing yaitu
1. Anak sekolah dasar kelas satu digabungkan dengan kelas dua
2. Anak  sekolah dasar kelas tiga digabungkan dengan  kelas  4
3. Anak sekolah dasar kelas lima digabungkann dengan kelas  enam
4. Anak sekolah menengah pertama dijadikan satu, yaitu dari kelas satu hingga kelas tiga
Sedangkan hari  sabtu adalah  khusus diperuntukan pemuda  dari umuran Sekolah Menengah  Atas  sampai dengan kuliah, hari tersebut adalah hari khusus bagi mereka untuk melakukan kegiatan belajar juga kebaktian, karena pemuda itulah yang nantinya akan mengurusi kegiatan sekolah mingguan anak-anak juga acara kebaktian
Lain halnya halnya untuk yang  sudah berkeluarga, mereka melakukan kebaktian umum setiap hari minggu pukul 10.00, jadi di samping para anak yang berusia sd hingga smp melakukan kegiatan belajar para oang tuanya melaksanakan ritual kebaktian
Ritual rutin Agama budha dilaksanakan pada hari minggu,  namun ada beberapa ritual Sembayang yang dilaksanakan di hari atau tanggal tertentu seperti saat melaksanakan ritual sembahyang  klenteng pada tanggal 1-15 lunard, dan sebagainya
Kebaktian agama buda dibagi menjadi 2 macam:
1. Paritan, yaitu  menyanyikan suatu syair yang berguna untuk penyadarann diri agar bertindak ke hal yang benar
2. Pa sang hyo yaitu  tradisi hindu, seperti sembahyang,
Acara tahunan orang budha contohnya yaitu tahun baru Imlek yang merupakan tradisi   tionghoao bukan agama budhanya namun karena tionghoa juga merupakan bagian dari umat budha, maka orang budhapun turut serta merayakannya.
Yang membedakan diantara ketiganya yaitu buku pedomannya, terlihat jelas dari bahasanya yang menggunakan bahasa melayu, akan tetapi isinya tetap sama. Untuk agama budha disini (di vihara dhamma saba) menggunakan bahasa pali.
Bagian-bagian vihara
1.      Damasala : puja bakti
2.      Bio : untuk sembahyang (adat konghuju kelenteng)
3.      Samak altar tien =altar untuk tuhan yang maha esaa
Arti dari beberapa elemen yang digunakan untuk ritual
1.      Bunga : kesegaran ,lama2 layu
2.      Dupa + keharuman ajaran atau kebenatan, wangi dimanapun berada
3.      Air + kerendahan hati (mengalir di tempat yang rendah)
4.      Lilin = penerangan
Simbol ajaran ini adalah berfungsi sebagai bentuk penghargaan kepada sang budha atas  apa yang diajarkan untuk  dihormati, karena telah mengajarkan beberapa ajaran, bukan berarti sebagai sesembahan
Ajaran inti Agama Budha
1. Jangan berbuat jahat
2. perbnyak berbuat baik
3. sucikan hatidan pikiran
Apabiala sudah melaksanakan ketiganya seseorang tersebut akan mendapatkan ketenangan, kedamaian, serta hidup yang lebih baik.

C.            Perbedaan antara Aliran Tantrayana, Mantrayana dan Vajrayana
Secara umum ajaran Buddha terbagi dalam tiga aliran:
a.       Theravada/hinayana pencapaian tertinggi seorang Arahat.
b.      Mahayana pencapaian tertingginya menjadi seorang Bodhisatva.
c.       Tantrayana/vajrayana pencapaian tertingginya adalah menjadi seorang Buddha.
Vajrayana alias Tantrayana alias Mantrayana adalah sebuah sub sekte daripada Mahayana. Boleh dibilang, Tantrayana adalah aspek esoterik dari Buddhism, khususnya Mahayana. Yang mana seharusnya merupakan tahap akhir dalam perjalanan spiritual seorang Buddhist setelah sebelumnya menapaki Staviravada (Theravada), lalu kepada Mahayana tradisi Sutra, lalu berlanjut kepada Mahayana tradisi Tantra (Vajrayana).
Peristiwa terpenting yang terjadi di India pada periode ketiga (500-1000 M) adalah munculnya Tantra. Tantra adalah pencapaian pemikiran kreatif Buddha di India yang ketiga, tertinggi, dan terakhir. Perkembangan Tantra mengalami tiga tahap.
Tahap pertama disebut Mantrayana, dimulai pada abad ke-4 dan mencapai kemajuan setelah tahun 500 M. Tahap ini memperkaya Buddha, melalui tradisi yang bersifat gaib, serta memanfaatkannya sebagai alat atau perlengkapan yang mempermudah mencapai tujuan Pencerahan. Dengan cara ini banyak mantra, mudra, mandala, dan makhluk-makhluk luhur baru diperkenalkan ke dalam agama Buddha walau belum secara sistematis. Setelah tahun 750, terjadi perkembanagn yang sistematis yang disebut Vajrayana, yang mengkoordinasikan ajaran-ajaran terdahulu dalam suatu kumpulan yang berisi Lima Tathagata. Dengan berlalunya waktu, kecenderungan-kecenderungan dan perkembangan sistem berikutnya memperbaharui penampilan mereka. Hal yang patut diperhatikan di antaranya adalah Sahajayana menekankan pula praktik-praktik meditasi dan pengembangan intuisi yang diajarkan melalui teka-teki, paradoks-paradoks, dan patung-patung, serta menghindari kemungkinan berubah menjadi sistem filasafat yang statis dengan mempertahankan ajaran-ajaran atau prinsip-prinsip yang tidak tegas. Menjelang akhir periode ini, pada abad kesepuluh, ada Kalacakra, “Roda Waktu” yang ditandai dengan luasnya sinkretisme berbagai aliran, dan penekanan pada astrologi.[1]
1.      Aliran Tantrayana
Tantrayana adalah satu mazhab dalam agama Buddha yang sangat istimewa karena memiliki cirri-ciri khas yang unik. Mazhab ini berkembang pesat diantaranya negara India, China, Tibet, Jepang, Korea dan Asia Tenggara serta benua Eropa, Australia hingga benua Amerika. Mazhab ini merupakan perpaduan puja bhakti dengan praktek meditasi yogacara serta metafisika Madhyamika. Maka dari itu mazhab Tantrayana bukan hanya membicarakan teori, akan tetapi praktek dalam pelaksanaannya. Di dalam perkembangannya, mazhab ini kadangkala dinamakan Tantra-Vajrayana atau Tantra-Mahayana.
Mazhab Tantrayana di Tibet memiliki naskah terjemahan kitab suci yang kebanyakan berasal dari India dan terdiri lebih dari 4.566 naskah. Kumpulan naskah dalam bahasa Tibet tersebut digolongkan dalamdua bagian, masing-masing :
Bkahgyur(dibaca Kanjur) yang sebahagian besar adalah terjemahan dari bahasa Sanskerta dan sebahagian kecil terjemahan dari bahasa mandarin, terdiri dari 3.458 naskah serta dihimpun dalam tiga bagian, yakni :
1.         Dulva (Vinaya), terdiri dari 13 bagian, merupakan peraturan-peraturan,disiplin, tata tertib untuk anggota Sangha.
2.         Do (Sutra), terdiri dari 66 bagian yang mencatat ajaran Hyang Buddha, seperti halnya dalamsutra-sutra canon pali dan sutta-sutta kanon sanskerta dan selalu diawali dengan "Demikianlah yang saya dengar".
3.         Chon non pa (Abhidhamma), terdiri dari 21 bagian yang merupakan pelajaran filsafat dan pembahasan dari ajaran Hyang/Sang Buddha. [2]
2.      Aliran Mantrayana
Bahwa Mahayana lambat laun menujun ke arah jalan kelepasan yang lain daripada yang ditawarkan oleh Buddha semula. Maka dengan jelas orang mulai merumuskan berbagai jalan kelepasan, seperti yang diperkembangkan juga oleh agama Hindu.[3]
Pada mulanya perkembangan Mantrayana ini merupakan reaksi alami terhadap tren sejarah yang makin tidak sesuai dan mengancam kepunahan agama Buddha India. Untuk mempertahankan dan melindungi diri, penganut-penganutnya semakin banyak menggunakan kekuatan mukjizat dan meminta pertolongan dari makhluk-makhluk luhur, yang keberadaan sebenarnya telah dibuktikan oleh mereka sendiri melalui pelaksanaan meditasi trans. Di antara ini, perhatian besar ditunjukkan kepada makhluk luhur berpenampilan menyeramkan, seperti “Pelindung Dharma”, yang disebut juga vidyaraja, “raja adat dan pengetahuan yang suci” yang bermaksud baik tetapi menampilkan wajah yang megerikan untuk melindungi orang yang percaya. Menarik juga untuk dicatat bahwa utuk mendapatkan perlindungan, umat Buddha pada masa itu mengandalkan makhluk-makhluk luhur feminin. Sekitar tahun 400 M, Tara dan Prajnaparamita dipuja sebagai Bodhisattwa Kosmis.[4]
Di dalam abad ketujuh timbul lagi suatu jalan yang ketiga yang disebut Mantrayana atau jalan dengan kalimat-kalimat yang mempunyai daya gaib (mantra). Nama-nama lainnya yang dipakai ialah Tantrisme, karena pandangan-pandangan mengenai jalan ini dicantumkan dalam Tantra-tantra; dan Vajrayana atau jalan intan, perjalanan intan, ialah yang keras dan tak terbinasakan, yaitu kenyataan yang tertinggi.[5]
3.      Aliran Vajrayana
Berasal dari kosa kata Sanskrit "Vajra" yang berarti berlian dalam aspek kekuatannya, atau halilintar dalam aspek kedahsyatan dan kecepatannya. Serta dari kata "yana" yang berarti wahana/kereta. Menurut Wang Shifu, Vajrayana merupakan Jalan Intan. Kata "Tantra" sendiri berarti "Tenun" dalam bahasa Sansekerta, merujuk kepada prakteknya yang bertahap namun pasti.
Vajrayana adalah suatu ajaran Buddha yang di Indonesia lebih sering dikenal dengan nama Tantra atau Tantrayana. Namun banyak juga istilah lain yang digunakan, seperti misalnya: mantrayana, ajaran mantra rahasia, ajaran Buddha eksoterik. Vajrayana adalah merupakan ajaran yang berkembang dari ajaran Buddha Mahayana, dan berbeda dalam hal praktek, bukan dalam hal filosofi. Dalam ajaran Vajrayana, latihan meditasi sering dibarengi dengan visualisasi.[6]

D.           Organisasi Kepemudaan Vihara Dhamma Sabha
Didalam Orgabnisasi kepemudaan Vihara dhamma sabha mengikuti beberapa kegiatan sosial seperti baksos dan organisai buddhis yaitu Mahabuddhi, Wandani, PATRIA atau pemuda threvada indonesia
Organisasi pemuda pemuda teravada se_tangerang itu sendiri disebut patria, sedangkan untuk organisasi pemuda di vihara dhama saba ini adalah  atasamapanidi,
Sering juga dilaksanakan Pertemuan antar pemuda vihara untuk melaksanakan Kebaktian vihara se tangerang yang berpusat di bsd, yang mana dari vihara dhamma saba ini ikut serta hadir didalamnya.
Dalam agama budha, seorang ketua disebut dengan = Daya kasaba, pak occu sendiri telah menjabat sebagai ketua selama 2 periode dari 2003 sampai dengan (.......)
Untuk keorganisasian agam budha sendiri dii klasivikasikan menjadi beberapa tahap
1.      Patria atau lebih mudah disebut sebagai anak organisasi atau para pemuda
2.      Manggabudi adalah lanjutan atau tahap setelah patria, lebih muda dikatakan sebagai bapak dari para pemuda.
3.      Wahdani atau organisasi perempuan, yang mana penggagas serta pelaku dalam organisasi tersebut adalah perempuan, disebut juga sebagai  ibu dari organisasi  terawava indonesia.
4.      STI atau sangga teravada indonesia yang menangi ke tiganya, yaitu patria, manggabudi dan wandani
     





[1] Edward Conze. Sejarah Singkat Agama Buddha. Oneworld Publication. 2010 Hal.94. Cet.1
[2] http://www.walubi.or.id/wacana/wacana_057.shtml
[3] Honig, J.R. Ilmu Agama. BPK Gunung Mulia, Jakarta: 1997 hal.236
[4] Edward Conze. Sejarah Singkat Agama Buddha. Oneworld Publication. 2010 Hal.97
[5] Ibid. hal.237
[6] http.wikipedia.vajrayana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Identity

Happy enjoy to watch our blog